Akibat Anak Sering Dibenatak Orang Tua

Tidak mudah menjalankan peran orang tua yang senantiasa sabar dengan prilaku anak-anak. Ada kalanya Anda hilang kesabaran saat mengahadapi anak, sehingga membentak anak dengan nada keras. Membentak memang bukan cara yang baik berkomunikasi dengan anak, bahkan dapat menimbulkan akibat tertentu. Apa saja akibat yang mungkin timbul jika anak terlalu sering diberntak dan bagaimana menyingkapinya.

Salah satu yang mungkin tidak sadar , ada akibat yang harus Anda tanggung saat anak sering dibentak oleh orangtua. Beberapa hal di bawah ini adalah akibat yang mungkin terjadi pada anak yang sering kali dibentak.

1. Membuat anak tidak mau mendengarkan orangtuanya

Jika Anda berpikir saat Anda membentak anak menjadi lebih mendengarkan dan patuh terhadap ucapan Anda, Anda tentu salah besar, Justri, salah satu akibat yang mungkin terjadi saat anak sering di bentak adalah anak Anda jadi tidak mau mendengarkan Orangtuanya.

Saat Anda membentak , Anda sebaiknya sedang mengaktifkan salah satu bagian  pada otak anak yang memilih fungsi pertahanan dan penalaran. Dengan begitu, alih-alih lebih mendengarkan ucapan Anda, akibat dari anak yang sering dibentak membuatnya ketakutan melawan orang tuanya, atau justri kabur dari Anda.

Cobalah untuk berdiskusi dengan anak anda saat anak melakukan kesalahan dari pada harus memarahi atau mementaknya dengan keras. Anda mungkin juga akan melihar hasil yang berbeda pada anak setelah menghentikan kebiasaan memberntak anak.

2. Menjadikan anak merasa berharga

Anda mungkin pernah merasa bahwa membentak anak membuatnya lebih menghormati Anda. Padahal, anaka yang yerlalu sering di bentak merasa dirinya tidak berharga. Hal ini tentu menjadi akibat lain dari anak yang dering dibentak oleh orangtua.

Sebagai seorang manusia, anak Anda tentu merasa ingin di sayang dan dihargai, apalagi dengan orang terdekatnya, termasuk Anda sebagai orangtua. Maka itu, terlalu sering memberntak anak justru lebih banyak memebrikan dampak negatif terhadap tubuh kembang anak dibandingkan sebelumnya.

3. Merupakan salah satu bentuk penindasan terhadap anak

Tahukan Anda ahwa memberntak anak adalah salah satu bentuk penindasan atau bullying. Bullying tidak hanya terjadi di lingkungan sekolah saja, tapi bisa terjadi di rumah. Akibat yang mungkin terjadi pada anak yang sering dibentak bisa jadi mirip dengan dampak bullying.

Jika Anda tidak ingin anak Anda memiliki pertumbuhan dan perkembangan yang buruk, lebih baik Anda menghentikan kebiasaan membentak saat anak membuat salah.

4. Merenggangkan hubungan dengan anak

Saat anak terlalu sering dibentak, salah satu akibat yang mungkin terjadi adalah hubungan orangtua dan anak menjadi renggang. Saat dibentak, anak mungkin merasa sedih, malu, dan tidak disayang lagi. Jadi, tak heran jika anak tidak mau terlalu dekat lagi dengan Anda.

Apalagi, jika Anda tidak mau mendengara alasan anak terlebih dahulu. Anda juga bisa merasa  tidak dihargai dimengerti bahkan oleh orang terdekatnya sendiri, dalam kasus ini kedua orangtua, apabila Anda tidak ingin perilaku mebentak anak ini membuat hubungan AZnda dengan anak menjadi lebih rengang, lebih baik hindari kebiasaa yang satu ini.


5. Membuat anak tidak mau menghormati orangtua

Anak merasa tidak dihargai dan tidak disayang sering menjadi akibat dari anak yang terlalu sering dibentak oleh orangtua. Pasalnya, membentak anak juga bentuk dari Anda yang tidak menghargai anak Anda sendiri. Maka itu, akibat yang mungkin terjadi pada anak yang terlalu sering dibentak oleh orangtua adalah anak menjadi tidak bisa menunjukkan rasa hormat kepada orangtua.

6. Menciptakan perilaku yang sama pada anak di masa depan

Menghardik ternyata bisa memberikan dampak buruk bagi kondisi psikologis anak dalam jangka panjang. Anak yang semasa kecil sering dibentak oleh orangtua lebih berisiko mengalami gangguan perilaku dan depresi akibat trauma masa kecil ini.

Selain itu, menurut sebuah artikel yang dimuat pada Child Development Journal menjelaskan, akibat dari anak yang terlalu sering dibentak orangtua bisa menyebabkan anak melakukan hal yang sama seperti orangtua lakukan saat ia masih kecil. Anak akan tumbuh sebagai orang yang lebih agresif secara fisik maupun verbal.

Pasalnya, saat masih kecil, anak telah terbiasa melihat perilaku kasar baik secara fisik maupun verbal dari orangtua sebagai bentuk penyelesaian masalah. Maka itu, ketika mereka sedang menghadapi masalah, solusi yang terpikirkan adalah perilaku kasar. Hal ini membuat anak Anda, saat dewasa nanti, mungkin tidak akan ragu membentak orang lain.

Jika bentakan Anda diikuti dengan kata-kata yang menyakitkan atau menghina, anak akan kehilangan kepercayaan diri dan hidup dalam kegelisahan.

Jika Anda kehilangan kesabaran dan kelepasan membentak anak, jangan terbawa emosi. Anda masih bisa mengikuti langkah-langkah di bawah ini agar anak tidak merasa trauma. Dengan mencoba untuk menahan diri, Anda mungkin bisa mencegah timbulnya perilaku buruk dari anak akibat terlalu sering dibentak. Hubungan Anda dengan anak pun akan tetap terjaga kehangatannya.

Tarik napas dalam-dalam

Segera setelah Anda kelepasan membentak atau menyakiti hati anak, tarik napas panjang paling sedikit tiga kali. Jangan berkata-kata apa pun sampai Anda sudah melakukan hal ini.

Ketika Anda sedang dilanda emosi, tubuh Anda jadi lebih tegang. Tanda-tandanya berupa napas Anda pendek-pendek, otot-otot menegang. Selain itu, jantung Anda berdebar dengan hebat. Menarik napas dalam-dalam bisa membantu tubuh lebih rileks sehingga Anda bisa berpikir lebih jernih.

Minta maaf dan bertanggung jawab

Ajari anak bahwa melakukan kesalahan itu bukan akhir dunia. Selain itu, saat orangtua meminta maaf, hal ini akan memberi contoh dan mengajarkan anak untuk meminta maaf. Jika Anda telah kelepasan membentak anak, minta maaf pada anak dengan nada yang tenang. Anda bisa berkata, “Maaf ya, nak. Ayah dan Ibu jadi terbawa emosi tadi dan membentakmu.”

Hal ini mungkin membuat anak Anda bisa memaklumi kesalahan yang Anda lakukan, sama halnya dengan Anda yang bisa menahan diri untuk tidak marah pada anak. 

Mulai kembali pembicaraan dengan tenang

Ketika Anda membentak-bentak, anak tidak akan sepenuhnya memahami isi perkataan Anda. Jadi setelah meminta maaf, pastikan bahwa emosi Anda telah mereda dan tawarkan pada anak untuk memulai kembali percakapan Anda dari awal, tanpa luapan emosi atau bentakan.

Jangan memaksakan pembicaraan saat itu juga

Apabila Anda tidak berhasil menenangkan diri, jangan memaksakan diri untuk menyelesaikan pembicaraan dengan anak saat itu juga. Ambil jeda sesaat dan tentukan waktu yang Anda butuhkan agar ketegangan antara Anda dan anak tidak berlarut-larut.

Sebagai contoh, katakan bahwa saat ini Anda sedang marah besar dan Anda ingin membereskan cucian dulu sambil menenangkan diri. Setelah itu, lanjutkan kembali pembicaraan Anda dengan anak. 

Ingatkan anak bahwa Anda mencintainya

Sehabis dibentak, anak Anda akan merasa kecil hati. Agar perasaan tersebut tidak berlarut dan menjadi akibat dari anak terlalu sering dibentak, Anda perlu memberi tahu bahwa Anda tidak membenci anak. Penting bagi Anda untuk mengingatkan anak bahwa Anda mencintai mereka dan Anda hanya sedang merasa lelah dan penuh emosi.

Tips untuk menahan diri membentak anak

Pada kesempatan selanjutnya, jangan sampai Anda kehilangan kesabaran lagi. Terapkan langkah-langkah berikut untuk menahan diri saat berada di puncak emosi. Hal ini cukup efektif agar anak Anda tidak mengalami gangguan perilaku sebagai akibat terlalu sering dibentak. 

Kenali emosi dan perasaan Anda 

Pahamilah apa yang membuat Anda mengamuk dan kapan Anda mulai terbawa emosi. Sebagai contoh, setiap pulang kerja Anda jadi lebih sensitif. Sadari hal ini dan jangan dijadikan pembenaran untuk memarahi anak. Perhatikan dan jaga nada suara Anda saat berbicara agar tidak meledak-ledak.

Bicarakan dengan tenang tapi tegas

Untuk memastikan Anda tidak menegur anak secara berlebihan. Pilih posisi berbicara yang nyaman, misalnya sambil duduk bersama, bukan berdiri. Usahakan juga untuk tidak menegur anak di depan orang lain, seperti kakak dan adiknya atau asisten rumah tangga, supaya Anda terhindar dari tekanan untuk mendisiplinkan anak terlalu keras.